Ummi
Hadyah Saleh - Kamis,
01 November 2012 12:50 wib
Sejumlah siswa membaca buku di taman bacaan masyarakat (TBM). (Foto: dok. Okezone) |
JAKARTA - Buku adalah jendela dunia, dengan buku kita bisa melihat
dunia. Namun, banyak faktor, termasuk perkembangan teknologi, menyebabkan
kebanyakan orang melupakan kegiatan membaca.
Kondisi ini mendorong Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM), bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Maysarkat Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini (Paudni) Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan Festival Taman Bacaan Masyarakat untuk pertama kalinya. Acara yang diselenggarakan pada 1-3 November 2012 di Plaza Insan Beprestasi lantai 1 Gedung A, Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, ramai dikunjungi anak kecil hingga orang dewasa.
Festival TBM dirancang sebagai ruang sosialisasi aktivitas literasi kepada masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi sarana pengembangan kapasitas dan pemberdayaan potensi individu dan ajang pertemuan bagi TBM dan pihak lain yang terlibat dalam pengembangan budaya baca di Indonesia. Ada 75 stand yang terlibat dalam festival ini, yaitu dari berbagai TBM di seluruh Indonesia dan penerbit buku.
Menurut salah satu peserta festival, Dwi Astuti, awal terbentuknya TBM adalah meningkatnya buta aksara di Jawa Timur. Di provinsi ini, ada beberapa daerah yang mayoritas penduduknya masih buta aksara, seperti Sampang, Pamekasan, dan Jember.
“Sehingga TBM sangat diperlukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pemberantasan buta aksara dan menguatkan kembali kemampuan literasi mereka,” ujar Dwi saat ditemui Okezone di Gedung Kemendikbus, Kamis (1/11/2012).
Dwi menjelaskan, keberadaan pengajar atau tutor keaksaraan tidaklah terlalu efektif. Oleh karena itu, TBM di tiap kelurahan atau kecamatan diharapkan bisa membantu dalam pemberantasan buta aksara.
“Keberadaan 350 TBM di Surabaya ini mungkin bisa membantu mencerdaskan generasi bangsa melalui TBM,” ujar Ketua Forum TBM se-Jawa Timur itu.(rfa)
Kondisi ini mendorong Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM), bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Maysarkat Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini (Paudni) Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan Festival Taman Bacaan Masyarakat untuk pertama kalinya. Acara yang diselenggarakan pada 1-3 November 2012 di Plaza Insan Beprestasi lantai 1 Gedung A, Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, ramai dikunjungi anak kecil hingga orang dewasa.
Festival TBM dirancang sebagai ruang sosialisasi aktivitas literasi kepada masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi sarana pengembangan kapasitas dan pemberdayaan potensi individu dan ajang pertemuan bagi TBM dan pihak lain yang terlibat dalam pengembangan budaya baca di Indonesia. Ada 75 stand yang terlibat dalam festival ini, yaitu dari berbagai TBM di seluruh Indonesia dan penerbit buku.
Menurut salah satu peserta festival, Dwi Astuti, awal terbentuknya TBM adalah meningkatnya buta aksara di Jawa Timur. Di provinsi ini, ada beberapa daerah yang mayoritas penduduknya masih buta aksara, seperti Sampang, Pamekasan, dan Jember.
“Sehingga TBM sangat diperlukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pemberantasan buta aksara dan menguatkan kembali kemampuan literasi mereka,” ujar Dwi saat ditemui Okezone di Gedung Kemendikbus, Kamis (1/11/2012).
Dwi menjelaskan, keberadaan pengajar atau tutor keaksaraan tidaklah terlalu efektif. Oleh karena itu, TBM di tiap kelurahan atau kecamatan diharapkan bisa membantu dalam pemberantasan buta aksara.
“Keberadaan 350 TBM di Surabaya ini mungkin bisa membantu mencerdaskan generasi bangsa melalui TBM,” ujar Ketua Forum TBM se-Jawa Timur itu.(rfa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar