Sabtu, 03 Agustus 2013

Festival Taman Bacaan Masyarakat Berantas Buta Aksara



Ummi Hadyah Saleh - Kamis, 01 November 2012 12:50 wib
 

Sejumlah siswa membaca buku di taman bacaan masyarakat (TBM). (Foto: dok. Okezone)

JAKARTA - Buku adalah jendela dunia, dengan buku kita bisa melihat dunia. Namun, banyak faktor, termasuk perkembangan teknologi, menyebabkan kebanyakan orang melupakan kegiatan membaca.

Kondisi ini mendorong Forum Taman Bacaan Masyarakat (Forum TBM), bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Pendidikan Maysarkat Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini (Paudni) Kementeriaan Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengadakan Festival Taman Bacaan Masyarakat  untuk pertama kalinya. Acara yang diselenggarakan pada 1-3 November 2012 di Plaza Insan Beprestasi  lantai 1 Gedung A, Kemendikbud, Senayan, Jakarta Selatan, ramai dikunjungi anak kecil hingga orang dewasa.

Festival TBM dirancang sebagai ruang sosialisasi aktivitas literasi kepada masyarakat. Kegiatan ini juga menjadi sarana pengembangan  kapasitas  dan pemberdayaan potensi individu dan ajang pertemuan bagi TBM dan pihak lain yang terlibat dalam pengembangan budaya baca di Indonesia. Ada 75 stand  yang terlibat dalam festival ini, yaitu dari berbagai TBM di seluruh Indonesia dan penerbit buku.

Menurut salah satu peserta festival, Dwi Astuti, awal terbentuknya TBM adalah  meningkatnya buta aksara di Jawa Timur. Di provinsi ini, ada beberapa daerah yang mayoritas penduduknya masih buta aksara, seperti Sampang, Pamekasan, dan Jember.

“Sehingga TBM sangat diperlukan untuk memberdayakan masyarakat dalam pemberantasan buta aksara dan menguatkan kembali kemampuan literasi mereka,” ujar Dwi saat ditemui Okezone di Gedung Kemendikbus, Kamis (1/11/2012).

Dwi menjelaskan, keberadaan pengajar atau tutor keaksaraan  tidaklah terlalu efektif. Oleh karena itu, TBM di tiap kelurahan atau kecamatan diharapkan bisa membantu dalam pemberantasan buta aksara.

“Keberadaan 350 TBM di Surabaya ini mungkin bisa  membantu mencerdaskan generasi bangsa melalui TBM,” ujar Ketua Forum TBM se-Jawa Timur itu.(rfa)

Jumat, 02 Agustus 2013

Ciri-Ciri Emosi Remaja Usia 12 – 18 Tahun


Image "Remaja Usia 12-18 Th. (Foto: SP)
Remaja usia 12 sampai dengan 18 bersikap egoistis
Blog Linggakancasadaya - Minggu, 03 Agustus 2013 - 11:13 WIB - Berikut adalah ciri-ciri gambaran sikap dan perilaku remaja usia 12 sampai dengan usia 18 tahun : 

•    Cenderung bersikap pemurung.
    Hal ini disebabkan adanya perubahan biologis berkait dengan kematangan seksual yang dialaminya.


•    Sering marah-marah dan berprilaku kasar
      Ledakan kemarahan yang acap kali ditunjukan adalah sebagai pelampiasan ketegangan psikologis dan ketidakstabilan biologis. Kurang tidur, terlalu banyak kerja, di samping pola makan yang tidak tepat. Prilaku kasar yang ditunjukan semata-mata adalah untuk menutupi kelemahan dan kekurangpercayaan dirinya dalam menyikapi sesuatu.


•    Egoistis dan tidak toleran
   Sikap egoistis mau menang sendiri, tidak toleran kepada orang lain lebih dominan, yang benar adalah pendapatnya sendiri. Pendapat orang lain meskipun lebih benar tidak mau diterimanya.


•    Bersikap lebih kritis  
   Pengatannya terhadap orang lain terutama orang tua dan guru lebih kritis sehingga apabila melihat orang tua atau  penampilan guru yang seakan serba tahu dan serba benar akan segala hal,  spontan akan menunjukkan ketidaksenangannya. 


•   Suka memberontak
     Keadaan semacam ini sebagai ekspresi perubahan dari masa remaja ke masa dewasa.


•   Ingin selalu diperhatikan


     Keinginannya lebih bebas dan keberadaannya ingin diakui. Remaja diusia 15 sampai 18 tahun selalu ingin diperhatikan baik dari orang tua, guru dan teman-temannya serta lingkungan sosialnya.
•  Sering melamun memikirkan masa depanya


    Banyak diantara remaja usia 15 – 18 tahun ini merasa punya peluang besar untuk memegang dan mendapat posisi jabatan tertentu dalam lingkungan sosial, akan tetapi merekapun menyadari pula bahwa untuk menggapai itu semua harus diupayakan dengan perjuangan yang keras. ( Sumber: "PSIKOLOGI PERKEMBANGAN" Dra Enung Fatimah, M.M. )


Posted:
Lingga Perwira, Bogor